AS dan Timur Tengah


Dinamika politik Timur Tengah tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dan strategi politik AS di wilayah kaya minyak tersebut.

Dalam konteks tersebut, dapat diidentifikasi dan dianalisis pola pendekatan dan strategi politik AS di Timur Tengah, antara lain sebagai berikut :

#Pertama, strategi embargo dan invasi militer.

Strategi embargo dan invasi militer ini menemukan momentumnya pada 1990 saat Irak menginvasi Kuwait. AS kemudian mendesak kepada PBB agar memberikan sanksi kepada Irak. Ada 13 resolusi PBB dikeluarkan, di antaranya resolusi 661 dan 687 yang mengembargo ekonomi dan perdagangan total terhadap Irak. Dampaknya tidak main-main, terdapat kematian sekitar 500 ribu anak karena malnutrisi dan stunting.

Sebagai negara yang sangat bergantung kepada minyak, AS sangat berambisi untuk mengamankan cadangan minyak di Kuwait sebesar 6,08 % minyak dunia. Bahkan cadangan minyak di Kuwait diprediksi baru habis dalam jangka waktu 109 tahun.

Strategi invasi militer AS berikutnya dilakukan di Afghanistan tahun 2001. Tragedi WTC dan Pentagon 11 September 2001 menjadi alibi AS untuk menginvasi Afghanistan. Taliban dan Al Qaeda dituding sebagai biang keladi aksi terorisme internasional. AS menghabiskan dana sekitar 750 milyar dolar untuk biaya perang dan merekonstruksi Afghanistan. Target dari invasi ini adalah AS dapat mengendalikan dalam negeri Afghanistan seraya menggeser peran Rusia di sana. Dan sepertinya target tersebut berhasil.

#Kedua, strategi berikutnya adalah bekerjasama (baca : pragmatis). 

Strategi bekerjasama ini dapat dilihat pada kasus Iran. Bagi AS, Iran adalah sebagai buffer kepentingannya di Timur Tengah. Sedangkan Israel sebagai instabilisator Timur Tengah.

Dikarenakan pola pendekatan dan strategi yang dipakai adalah kerjasama pragmatis, maka hubungan AS dengan Iran tergolong nasdem, panas adem. Kadang panas, kadang adem.

Dalam konteks hubungan AS dan Iran ini, sosok Qasim Sulaimani ternyata memainkan peran yang sangat penting. Saat invasi militer AS ke Afganistan (2001), Qasim Sulaimani adalah orang yang menghubungi perwira – perwira militer AS untuk memberitahukan kantong – kantong Taliban.

Kemudian pada serangan AS ke Suriah, Qasim Sulaimani membantu untuk memerangi ISIS dan al Qaeda asalkan bukan untuk menyerang Basyar Assad. Qasim Sulaimani membantu AS dan hasilnya banyak berjatuhan korban dari kaum muslimin Suriah.

Sempat pula terjadi ketegangan antara AS dengan Iran. Misalnya pada tanggal 3 Juli 1988. Pesawat penumpang Iran Air ditembak jatuh oleh kapal perang AS Vincennes. Jumlah korban yang terhitung ada sebanyak 290 orang.

Berikutnya, tekanan AS terhadap Iran berkaitan dengan perjanjian non poliferasi nuklir di tahun 2002. AS dan Uni Eropa memberikan sanksi kepada Iran yang menyebabkan hilangnya 2/3 nilai mata uangnya.

Kemudian di 2019, Qasim Sulaimani disinyalir terlibat dalam penyerangan pangkalan militer AS di Kirkuk (27/12). Sebagai balasannya, AS menyerang pangkalan milisi Hizbullah di Irak dan Suriah yang menewaskan 25 orang dan 51 orang luka – luka. Dua hari kemudian, pasukan militan Syiah menyerbu Kedutaan Besar AS di Baghdad, Irak. Di dinding bangunan kedutaan AS yang hancur tertulis “Komandan Kami, Sulaimani”.

AS menjawab serbuan militan Syiah tersebut dengan melancarkan serangan Drone yang menewaskan Qasim Sulaimani, (2/1/ 2020). AS memandang Iran mencoba untuk mengambil kendali di Irak. Oleh karena itu, AS melakukan tindakan guna tetap memastikan Irak berada di dalam kendalinya.

Jadi kematian Qasim Sulaimani merupakan tumbal politik dari hubungan AS dengan Iran. Sebagaimana keberadaan Qadafi dan Saddam Husain hanyalah pion politik belaka.

Dari berbagai peristiwa politik dan militer di Timur Tengah diatas, memperjelas bagaimana posisioning dan strategi politik yang dilakukan AS di negeri para Sultan tersebut. Dan sepertinya konstelasi politik di Timur Tengah akan terus memanas, dikarenakan kepentingan AS disana. Dan ini menarik terus untuk diamati dan dianalisis.


Prijanto Rabbani
Director Centre for Strategic and Policy Studies
Founder Prijanto Rabbani Institute


Tidak ada komentar:

Posting Komentar