Pemimpin Idaman


''Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, serta ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. 
Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.'' 
(QS. An-Nisa' : 59).


Rasulullah telah mengingatkan, betapa kita harus hati-hati dalam memilih seorang pemimpin. Bahkan, Rasulullah dengan tegas melarang memberikan amanah (kekuasaan) kepada orang yang meminta kekuasaan. Allah pun telah memberikan tuntunan kepada kita agar jangan menjadikan orang yang berlainan akidah sebagai pemimpin.

Memilih pemimpin tidak sama dengan membeli kucing dalam karung. Kita harus mengetahui semua aspek tentang calon pemimpin kita. Dan kita pun harus mempunyai kriteria bagaimana pemimpin yang baik dan tepat.

Lalu, pertanyaannya bagaimana pemimpin yang baik dan tepat itu?

Sejarah telah memberikan contoh mengenai kriteria seorang pemimpin yang baik dan tepat. 

Pertama, ia merupakan seorang yang beriman dan bertakwa. 

Sebagaimana yang ditegaskan Allah dalam firman-Nya :
''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin; sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.'' (QS. Al-Maidah : 51).

Iman dan takwa adalah koentji. Dari sinilah landasan berpikir dan bertindak seseorang. 

Karena iman dan takwa, ia menjadi takut kepada Allah. Takut untuk melanggar aturan dan syariat-Nya. Karena iman dan takwa, ia tidak menjadi sekutu dan pelindung musuh-musuh Allah.

Sekali lagi, iman dan takwa adalah koentji. Inilah ukuran pertama dalam memilih seorang pemimpin.


Kedua, ia orang yang berakhlak (perilaku) baik dan terpuji. 

Dan ukuran baik dan terpuji ini dapat kita lihat, apakah ia pernah terlibat tindakan kriminal, korupsi, atau tindakan yang merugikan masyarakat dan bangsa atau tidak? 

Disamping itu, seorang calon pemimpin haruslah seorang yang jujur, amanah, dan sederhana.

Ketiga, ia merupakan seorang yang memiliki kemampuan dan kapabilitas dalam memimpin. 

Bangsa Indonesia adalah bangsa besar. Bangsa yang wilayahnya membentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote. Ratusan juta rakyatnya. 

Sebagai bangsa besar, maka harus dipimpin pemimpin besar. Pemimpin yang memiliki kemampuan dan kapabilitas yang mumpuni. 

Pemimpin yang memiliki kemampuan dan kapabilitas, maka akan mampu membaca permasalahan bangsa dan menyajikan solusi bagi permasalahan tersebut. 

Keempat, ia memiliki keberpihakan yang jelas kepada kaum lemah (rakyat kecil). 

Pemimpin adalah pelayan bagi rakyatnya. Karenanya, keberpihakan seorang pemimpin kepada rakyat menjadi sebuah keniscayaan, terlebih kepada rakyat kecil.

Bukti keberpihakan tersebut bukan dalam rangka untuk pencitraan, dan tak perlu "menjadi" rakyat kecil untuk berpihak kepada rakyat kecil. Tak perlu menjadi seorang tambal ban, bila ingin menolong dan membantu rakyat yang berprofesi tambal ban.

Keberpihakannya kepada rakyat kecil adalah tulus dan buah dari amanah dan kesadaran.
Kelima, ia merupakan seorang yang adil.

Adil sangat mungkin saat ini menjadi kata yang mudah diucapkan namun sangat sulit dirasakan. Umat Islam sebagai umat mayoritas diperlakukan tidak semestinya. Berbagai fitnah ditimpakan. Islamphobia dikumandangkan. 

Keadilan telah hilang. Dan inilah salah satu kegagalan paling mendasar dari sebuah negara. 

Negara hadir, hanya menjadi bahan kampanye dan pemanis untuk sekedar meraih simpati. 

Pemimpin yang adil adalah pemimpin yang berpihak kepada kebenaran dan bukan kapada kekuasaan. Pemimpin yang adil itu, mengayomi dan bukannya mendzalimi. 

***

Dalam konteks kekinian ketika wacana calon presiden sedang digembar-gemborkan, kita harus jeli memilah dan memilih siapa calon yang paling baik dan tepat untuk memimpin bangsa ini. 

Kita harus pandai membedakan mana pemimpin yang benar-benar ikhlas memperbaiki bangsa ini keluar dari krisis dan menjadi bangsa yang majs, sejahtera dan berkeadilan atau pemimpin yang hanya sekadar mengejar kekuasaan dan harta,  dan justru justru menjual bangsanya serta menjadi kacung bangsa lain.

Umat Islam, sebagai mayoritas bangsa ini, memiliki posisi penting dalam menentukan siapa pemimpin bangsa ini dan menentukan arah perjalanan mengubah sejarah bangsa ke arah yang lebih baik. 

Oleh karena itu, kita harus segera tersadar, bangun dari buaian mimpi yang membelenggu. Mari kita tingkatkan ukhuwah Islamiyah di antara kita. Jangan sampai kita terperosok ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. 

Gerakan #2019GantiPresiden harus dikongkritkan.

Semoga bermanfaat!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar