Menjadi Manusia Berjiwa Besar


Disebut berjiwa besar karena memiliki keberanian untuk memaafkan, sekaligus melupakan perbuatan yang pernah dilakukan oleh orang lain. Memaafkan adalah sifat mulia, lebih mulia lagi bila setelah memaafkan kemudian melupakan kesalahan dan perbuatan orang lain kepada diri Anda.

Karena semangat pemberian maaf adalah penghapusan segala hal yang membuat seseorang masih ada kendala psikologis. Anda memaafkan seseorang karena Anda ingin member­dayakan nilai-nilai diri yang berada dalam hatinya. Anda ingin menghapuskan segala dendam kesumat untuk diganti dengan uluran tangan yang bersifat sinergi.

Orang yang cerdas secara ruhaniyah (spiritual quotient) adalah mereka yang mampu memaaf­kan, betapapun pedihnya kesalahan yang pemah dibuat orang tersebut pada dirinya. Karena mereka menyadari bahwa sikap pemberian maaf, bukan saja sebagai bukti kesholehan, melainkan salah satu bentuk tanggung jawab hidupnya. Karena apa pun yang ia pilih atau putuskan pada akhirnya akan mem­pengaruhi orang lain. Kita tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Bahkan, seseorang disebut ada karena mereka berada dan bersama dengan orang lain.

Allah memberikan salah satu ciri orang yang bertanggung jawab adalah mereka yang mampu mengendalikan amarah (kecerdasan emosional) dan mampu memaafkan kesalahan orang lain,

"Pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa." (Qs. al-Baqarah: 237)

Seorang yang cerdas secara ruhaniah, memiliki sikap pemaaf yang sangat besar seakan lebur dalam cintanya yang sangat mendalam terhadap kebenaran (ash-shiddiq) dan sekaligus sangat besar kepeduliannya kepada kemanusiaan.

***

Kebesaran jiwa bukanlah warisan dan kekerdilan jiwa juga bukan malapetaka. Anda bisa belajar mengembangkan kebesaran jiwa dengan kemauan dan ketekunan. 

Berikut langkah-langkah yang bisa Anda coba untuk membangun kebesaran jiwa pada diri Anda.

#Pertama, Berani mengakui kesalahan yang diperbuat. Ini merupakan langkah utama menjadikan seorang memiliki jiwa besar. Hanya orang yang berjiwa kerdil yang suka menyembunyikan kesalahannya dan suka mencari kambing hitam. Beranilah mengakui kesalahan, kelemahan dan keterbatasan diri. Semuanya itu tidaklah mencerminkan sikap rendah diri, tapi justru menunjukkan sikap yang sportif.

#Kedua, Berani untuk memaafkan kesalahan orang lain. Hanya orang yang berjiwa besar yang bisa memaafkan, orang yang lemah cenderung mudah membenci dan menyimpan kesalahan orang lain. Dan ini menjadi langkah utama berikutnya dari membangun kebesaran jiwa, memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain.

#Ketiga, Belajar bersikap rendah hati. Rendah hati adalah tidak sikap yang jauh dari tinggi hati dan sombong. Dan rendah hati bukanlah rendah diri. Hindari kebiasaan menyombongkan diri atas prestasi atau keunggulan apapun yang kita miliki. Kesombongan biasanya mencerminkan harga diri yang rendah dari orang yang berjiwa kecil.. Tapi kerendahan hati menunjukan harga diri yang tinggi dari orang yang berjiwa besar.

#Keempat, Berani bertanggung jawab. Orang-orang yang berjiwa pengecut biasanya tidak berani bertanggung jawab, dan sering melemparkan tanggung jawab kepada orang lain. Dan karenannya seprang pengecut sangat sulit menjadi orang yang memiliki kebesaran jiwa.

#Kelima, Tingkatkan rasa percaya diri. Hindari kebiasaan membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Mereka mungkin lebih hebat dan lebih berbobot, tapi itu bukan ukuran untuk menilai diri tidak berarti. Jadilah diri sendiri. Dan orang yang mampu menjadi diri sendiri dengan kepercayaan diri yang baik, menjadi modal besar untuk menjadi orang yang memiliki kebesaran jiwa.

#Keenam, Berani gagal. Sebab kegagalan memberikan banyak sekali pelajaran. Orang yang berjiwa besar, biasanya dibesarkan oleh kegagalan, tapi sebaliknya, orang yang berjiwa kerdil, umumnya dilumpuhkan oleh kegagalan.

#Ketujuh, Menerima orang lain sebagaimana adanya. Jangan berusaha atau menuntut orang lain berubah sesuai harapan dan keinginan Anda. Namun tidak ada salahnya memotivasi mereka untuk lebih berkembang dan berkembang. Melihat orang lain lebih banyak dari sudut pandang kebaikan dan keistimewaannya, membuat Anda tidak akan terlalu terganggu oleh kelemahannya.

#Kedelapan, Membuat orang lain merasa bangga dengan dirinya. Hanya orang yang berjiwa besar yang dapat membantu orang lain menjadi lebih percaya diri, dan ikut bergembira atas keberhasilan orang lain. Rasa iri dan tidak suka atas sukses yang diraih orang lain adalah ungkapan harga diri yang rendah.

#Kesembilan, Menghargai pendapat orang lain. Adalah sikap yang jauh dari kebesaran jiwa, orang yang menganggap dirinya sudah memborong semua kebenaran. Terimalah setiap kritik dengan lapang dada, dan bukan dengan kemarahan dan penjelasan panjang lebar. Bagaimanapun bentuknya, kritik merupakan pemberian yang sangat berharga bagi perkembangan diri kita. Selesaikan setiap konflik dengan prinsip win-win solution, solusi menang-menang. Masalah terselesaikan tanpa ada pihak yang merasa dikalahkan oleh yang lain. Hanya orang yang berjiwa kecil yang selalu ingin menang sendiri.

#Kesepuluh, Bersikaplah optimis. Pandanglah masa depan dengan penuh harapan. Belajarlah melihat hambatan sebagai tantangan untuk ditaklukan, dan masalah sebagai kesempatan untuk memperkuat karakter. Berpikirlah besar, bercita-citalah besar dan berharaplah yang terbaik. Bahkan ketika Anda menghadapi kenyataan yang sebaliknya, bertahanlah! Biarkan kebesaran jiwa teruji dalam berbagai kesukaran.

***

Kesepuluh langkah diatas sejatinya sarana untuk membangun dan meningkatkan kualitas empat jenis kecerdasan pada diri kita, yaitu kecerdasan intelektual (intellectual quotient), kecerdasan emosional (emotional quotient), kecerdasan sosial (social quotient) dan kecerdasan spiritual/ruhaniyah (spiritual quotient).

Latih dan terus kembangkan kemampuan keempat kecerdasan yang ada pada diri Anda, agar mampu dan menjadi manusia yang memiliki kebesaran jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar