Barongan, Kesenian Khas Blora


Kesenian Barong atau lebih dikenal dengan Barongan merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Namun demikian, dari beberapa daerah di Jawa Tengah, Kabupaten Blora merupakan daerah yang sangat peduli dengan kelestarian dan perkembangan kesenian rakyat ini. Sehingga pada medio Desember 2009, Pemda Kabupaten Blora bersama 600 seniman barongan se-Kabupaten Blora mendeklarasikan barongan sebagai kesenian khas Blora. Deklarasi tersebut berbentuk pernyataan bahwa barongan adalah sebagai spiritualitas hidup dan kesenian masyarakat Blora serta parade tari 600 singa barong. Karenanya, Blora sekarang juga dikenal sebagai Kota Barongan. 

Barongan merupakan kesenian rakyat yang amat populer dikalangan masyarakat Blora. Kesenian ini kini mulai diminati oleh semua kalangan. Saking populernya di masyarakat Blora, menurut data yang berhasil dihimpun, dari 295 desa yang ada di Kabupaten Blora terdapat 625 paguyuban kesenian barong, yang berarti setidaknya terdapat minimal dua paguyuban seni barong dalam satu desa. Luar biasa! 

Festival Barongan Nusantara  

Guna melestarikan dan mengembangkan kesenian barongan sekaligus memopulerkan Blora sebagai Kota Barongan, maka diselenggarakan Festival Barongan Nusantara. Festival ini pertama kali dilaksanakan pada tahun 2014, dan disetiap tahunnya bersamaan dengan peringatan Hari Jadi Kabupaten Blora. Dimana pada festival tersebut ditampilkan banyak sekali barongan dari berbagai daerah di Indonesia. 

Festival Barongan ini berisi serangkaian acara yang bertemakan barongan, seperti lomba melukis tingkat taman kanak-kanak bertemakan barongan, workshop pembuatan cenderamata barongan, serta parade barongan. 

Dan terbukti, selama tiga tahun pelaksanaan festival tersebut antusiasme masyarakat begitu luar biasa, tidak hanya dari Blora tapi juga daerah-daerah di sekitar Blora, bahkan festival barongan yang telah jadi agenda tahunan ini mampu menarik wisatawan asing untuk datang ke Blora. Sebuah strategi pemasaran yang patut diapresiasi. 

Bagaimana Barongan Dimainkan?  

Barongan dalam kesenian barongan adalah suatu pelengkapan yang dibuat menyerupai Singo Barong atau singa besar sebagai penguasa hutan angker dan sangat buas. Adapun tokoh Singo Barong dalam cerita barongan disebut juga Gembong Amijoyo, yang berarti harimau besar yang berkuasa.

Kesenian Barongan berbentuk tarian kelompok, yang menirukan keperkasaan gerak seekor singa raksasa. Peranan Singo Barong secara totalitas didalam penyajian merupakan tokoh yang sangat dominan, disamping ada beberapa tokoh yang tidak dapat dipisahkan yaitu : Bujangganong (Pujonggo Anom), Joko Lodro (Gendruwo), Pasukan berkuda dan Noyontoko-Untub.

Selain tokoh diatas, pementasan kesenian barongan juga dilengkapi beberapa perlengkapan yang berfungsi sebagai instrumen musik, seperti : kendang, gedhuk, bonang, saron, demung dan kempul. Dan seiring perkembangan jaman terdapat penambahan instrumen modern yaitu drum, terompet, kendang besar dan juga keyboards. Adakalanya dalam beberapa pementasan sering dipadukan dengan kesenian campur sari.

Kesenian Barongan sendiri bersumber dari Hikayat Panji, yaitu suatu cerita yang diawali dari iring-iringan prajurit berkuda mengawal Raden Panji Asmara Bangun dan Singo Barong.

Mengutip dari situs resmi Pemerintah Kabupaten Blora www.blorakab.go.id secara singkat dapat diceritakan sebagai berikut :

Adipati Klana Sawandana dari Kerajaan Bantarangin jatuh cinta kepada Dewi Sekartaji, putri dari Raja Kediri, maka diperintahlah Patih Bujangganong (Pujonggo Anom) untuk meminangnya. Keberangkatannya disertai 144 prajurit berkuda yang dipimpin oleh empat orang perwira : Kuda Larean, Kuda Panagar, Kuda Panyisih dan Kuda Sangsangan. Sampai di hutan Wengkar, rombongan prajurit Bantarangin dihadang oleh Singo Barong penjelmaan dari Adipati Gembong Amijoyo yang ditugasi menjaga keamanan di perbatasan. 

Terjadilah perselisihan yang memuncak menjadi peperangan yang sengit. Semua prajurit Bantarangin dapat ditaklukkan oleh Singo Barong, akan tetapi keempat perwiranya dapat lolos dan melapor kepada Adipati Klana Sawandana. 

Pada saat yang bersamaan, dua orang punakawan Raden Panji Asmara Bangun dari Jenggala bernama Ki Lurah Noyontoko dan Untub juga mempunyai tujuan yang sama yaitu diutus Raden Panji untuk melamar Dewi Sekartaji. Setelah sampai di hutan Wengker, Noyontoko dan Untub mendapatkan rintangan dari Singo Barong yang melarang untuk melanjutkan perjalanan, keduanya saling ngotot sehingga terjadilah peperangan. Noyontoko dan Untub kewalahan sehingga mendatangkan saudara seperguruannya yaitu Joko Lodro dari Kedung Srengenge. Akhirnya Singo Barong dapat ditaklukkan dan dibunuh. Akan tetapi Singo Barong memiliki kesaktian, mesti telah mati asal disumbari maka dapat hidup kembali. 

Peristiwa ini dilaporkan ke Raden Panji. Maka berangkatlah Raden Panji dengan rasa marah ingin menghadapi Singo Barong. Pada saat yang hampir bersamaan, Adipati Klana Sawendana juga menerima laporan dari Bujangganong yang dikalahkan Singo Barong. Dengan rasa amarah Adipati Klana Sawendana mencabut pusaka andalannya, Pecut Samandiman dan berangkat menuju hutan Wengker. Setelah sampai di hutan Wengker dan ketemu Singo Barong, terjadilah pertempuran sengit. Dengan senjata andalannya Adipati Klana Sawendana dapat menaklukkan Singo Barong. Singo Barong kena Pecut Samandiman menjadi lumpuh tak berdaya.

Berkat kesaktian Adipati Klana Sawendana kekuatan Singo Barong dapat dipulihkan kembali, dengan syarat Singo Barong bersedia mengantarkan ke Kediri untuk melamar Dewi Sekartaji. Setelah sampai di alun-alun Kediri, pasukan tersebut bertemu dengan rombongan Raden Panji yang juga bermaksud meminang Dewi Sekartaji. Perselisihan tak terhindarkan, terjadilah perang tanding antara Raden Panji dengan Adipati Klana Sawendana, yang akhirnya dimenangkan oleh Raden Panji. Adipati Klana Sawendana berhasil dibunuh, sedang Singo Barong yang bermaksud membela sang Adipati dikutuk oleh Raden Panji dan tidak dapat berubah wujud lagi menjadi manusia (Gembong Amijoyo). Akhirnya Singo Barong takluk dan mengabdikan diri kepada Raden Panji, termasuk prajurit berkuda dan Bujangganong dari Kerajaan Bantarangin.

Kemudian rombongan Raden Panji melanjutkan perjalanan guna melamar Dewi Sekartaji. Suasana arak-arakan yang dipimpin oleh Singo Barong dan Bujangganong inilah yang menjadi latar belakang keberadaan kesenian Barongan.

****

Barongan, sebuah kesenian rakyat yang didalamnya tercermin sifat-sifat kerakyatan masyarakat Blora, seperti sifat : kesederhanaan, kesetiaan, kekeluargaan, spontanitas, sinergitas atau kekompakan dan keberanian yang dilandasi nilai-nilai kebenaran.

Dari kesenian rakyat ini, Blora dikenal sebagai Kota Barongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar