Wajah Baru Malioboro


Sebelum Tebing Breksi jadi pusat di mana banyak pertunjukkan seni digelar, Malioboro sudah melakukannya lebih dulu. Sebelum Bukit Bintang jadi tempat nongkrong di Sabtu malam, Malioboro sudah lebih dulu berlakon demikian. Berbicara Jogja, maka tentu tak akan lepas dari ruas jalan yang beririsan dengan kawasan nol kilometer Kota Budaya tersebut.

Malioboro, berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga. Malioboro menjadi kembang yang pesonanya mampu menarik wisatawan. Tak hanya sarat kisah dan kenangan, Malioboro juga menjadi surga cinderamata di jantung Kota Jogja.

Selain menjadi pusat perdagangan, jalan yang merupakan bagian dari sumbu imajiner yang menghubungkan Pantai Parangtritis, Panggung Krapyak, Kraton Yogyakarta, Tugu, dan Gunung Merapi ini pernah menjadi sarana serta panggung pertunjukan para seniman Malioboro pimpinan Umbu Landu Paranggi. Dari merekalah budaya duduk lesehan di trotoar dipopulerkan, yang akhirnya mengakar dan sangat identik dengan Malioboro. 

Menikmati makan malam yang romantis di warung lesehan sembari mendengarkan pengamen jalanan mendendangkan lagu "Yogyakarta" milik KLa Project akan menjadi pengalaman yang sangat membekas di hati. 

Pesona jalan ini tak pernah pudar oleh jaman. Eksotisme Malioboro terus berpendar hingga kini dan menginspirasi banyak orang, serta memaksa mereka untuk terus kembali ke Jogja. 

Sadar kalau Malioboro merupakan salah satu ikon penting Jogja, Pemda DIY memperbaharui paras jalan legendaris tersebut. Dengan jajaran toko dan kedai makanan tenda rapat di dua sisi, Malioboro sempat dirasa kurang bersahabat dengan pejalan kaki.



Namun sekarang. Trotoar diperlebar, ditaruh satu-dua bangku panjang yang bisa dimanfaatkan untuk menikmati Jogja lewat riuh-rendah ramai Malioboro. Juga, terdapat lampu bergaya antik di sepanjang jalan. Keberadaannya seakan menambah keromantisan Kota Pelajar yang memang sudah gamblang terasa.

Itulah wajah baru Malioboro dengan pedestrian yang tertata apik, yang diresmikan Kamis (22/12) silam. Di antara banyak destinasi di Jogja, masihkah tergoda berjalan di pedestrian baru Malioboro? 

Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama
Suasana Jogja


1 komentar:

  1. Sudah lama gak ke Jojgja. Saat itu hanya sempat menjelajahinya malam hari.

    BalasHapus