Puasa dan Pembentukan Karakter


Islam sebagai agama universal diperuntukkan bagi seluruh umat manusia. Tidak mengenal batasan suku, bangsa, bahasa bahkan masa. Agama yang dibawa oleh Rasul terakhir ini memiliki visi dan misi menyempurnakan ajaran yang termaktub dalam syari'at samawi umat sebelumnya, dengan tujuan : pertama, guna mewujudkan kemaslahatan di alam semesta ini, dan kedua adalah dalam rangka membentuk moralitas manusia yang berkualitas selaku ciptaan-Nya yang dinobatkan sebagai khalifah fi al-ardl. 

Dari sekian banyak ajaran dan syariat dalam agama Islam guna mewujudkan bagian dari kedua tujuan di atas adalah diwajibkannya puasa Ramadhan. Kewajiban puasa inipun pernah dialami oleh umat terdahulu. Sehingga pola pelaksanaan dan modelnya juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi zaman di masanya. Sejarah telah mencatat perjalanan panjang syariat ini, bahwa umatnya Nabi Musa AS dan Nabi Isa AS, serta kaum Rasul lainnya juga menikmati anjuran puasa ini. 

***

Para ulama mengkategorikan puasa sebagai ibadah istimewa. Dikatakan istimewa karena ibadah ini sangat tergantung pada kejujuran seseorang - yang hanya Allah dan ia sendiri yang tahu. Setiap ibadah mengandung potensi alibi. Orang yang menjalankan shalat, misalnya, mudah diketahui bahasa tubuhnya (body language). Pun, mereka yang naik haji umumnya disaksikan banyak orang, paling tidak tetangga dan kerabat. Namun tidak demikian halnya dengan ibadah puasa. Dalam berpuasa, seseorang yang tidak jujur bisa dengan diam-diam minum atau makan. Ketika ia melanggar tata aturan berpuasa, hanya Allah dan ia sendiri yang tahu. Karena tergantung kejujuran itulah maka Allah memberi penilaian tersendiri. 

Dengan singkat, puasa melatih kejujuran dengan melakukan perbuatan yang benar. Seseorang yang memiliki kejujuran akan mampu mengatakan kebenaran. Itulah karakter. Karakter mempunyai arti penting dalam pembentukan kepribadian seseorang juga masyarakat. Dan apabila seseorang mampu bersikap taqwa, yaitu disiplin dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, ia akan menjadi pribadi yang dapat dipercaya [amanah]. Profil pribadi ini secara sempurna dapat diraih Rasulullah SAW, bahkan saat beliau masih remaja panggilan Al Amin telah disandangnya. Al Amin artinya orang yang bisa dipercaya atau terpercaya untuk memecahkan permasalahan.

***

Bila kebanyakan orang dapat dipercaya dalam suatu masyarakat, masyarakat itu mencapai apa yang oleh Francis Fukuyama disebut hight trust society, masyarakat dengan derajat kepercayaan dan amanah tinggi. Sebaliknya jika pada suatu masyarakat kebanyakan orang tidak dapat dipercaya, masyarakat itu disebut low trust society. Atau masyarakat itu mengalami ketekoran [defisit] dalam kepercayaan satu sama lain.

Masyarakat yang memiliki tingkat amanah yang tinggi berpotensi untuk membentuk kelompok yang terorganisasi. Dalam Al Qur’an, kelompok yang terorganisasi disebut dengan umat (al ummah). Perlu dipahami bahwa umat itu bukan hanya sekedar kerumunan orang. Umat adalah asosiasi yang memiliki visi, yaitu masyarakat yang berorientasi pada nilai-nilai kebajikan umum [social virtue] yang oleh Qur’an disebut dengan al khair. Yang memiliki misi, yaitu amar ma’ruf (menciptakan social goods) dan mencegah timbulnya yang buruk (social bads) atau nahi mungkar, dan memiliki tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan, keberhasilan, atau kemenangan yang disebut al falah (QS. 2: 104) (M. Dawam Rahardjo, 2003). 

Maka oleh Robert Putman, seorang sosiolog terkemuka menyimpulkan bahwa tingkat keberhasilan demokrasi di suatu daerah tergantung dengan apa yang disebut modal sosial (social capital), yang intinya adalah amanah (mutual trust). Lebih lanjut Putman mengatakan, modal sosial adalah dasar tumbuhnya civil society. Dalam konteks Indonesia, modal sosial merupakan tanah subur bagi tumbuh dan berkembangnya masyarakat madani, yang oleh Al Qur’an disebut al khairu al ummah dan diterjemahkan oleh KH. Ali Yafie sebagai “umat yang unggul.”

Modal sosial oleh para ahli ilmu sosial merupakan faktor penentu dari perubahan sosial (social transformation). Dalam Al Qur’an dikatakan, “Allah tidak akan mengubah kondisi suatu bangsa, sampai bangsa itu mengubah faktor yang ada dalam bangsa itu sendiri (anfus).” Dengan kacamata pembesar sosiologi, anfus tak lain adalah unsur kepribadian yang disebut modal sosial. Sebenarnya elemen modal sosial ini cukup banyak, tetapi yang paling inti adalah trust atau amanah. Yaitu nilai yang menjadi perekat antar-orang sehingga bisa berkembang menjadi kerja sama, pembentukan jaringan, organisasi, dan komunitas yang kuat. 

*** 

Terjemahan lugas dari amanah adalah kepercayaan (trust) atau dapat dipercaya (credibility) yang ada pada pribadi perseorangan dalam masyarakat. Kepercayaan ini memiliki radius tertentu, misalnya hanya pada diri sendiri, lingkungan keluarga, suku, bangsa dan antar-bangsa. Masyarakat dengan derajat amanah yang rendah, radiusnya sempit, hal ini akan sangat berpengaruh dalam pola perkembangan ekonomi dalam masyarakat. Namun, amanah sebenarnya memiliki makna yang sangat luas. Makna amanah ini dapat dipahami dengan mengetahui sifat kebalikan amanah, yaitu munafik. Dalam suatu hadist Nabi SAW, pengertian munafik pernah dijelaskan dengan tiga indikator atau ciri kepribadian. Pertama, jika berkata bohong. Kedua, jika diberi kepercayaan atau tanggung jawab berkhianat, dan Ketiga, jika berjanji ingkar. 

Karakter seperti ini menyebabkan orang lain tidak mempercayainya. Karena itu, karakter amanah dapat dibentuk dengan tiga sikap, yaitu: berkata jujur dan benar; setia atau memenuhi kewajiban dan memenuhi janji serta menghormati perjanjian. Itulah modal sosial yang menjadi dasar dari transaksi bisnis ataupun berorganisasi. 

***

Seorang yang aslinya jujur, bisa terkontaminasi lingkungan. Ia bisa terbujuk kekuasaan dan uang sehingga bertindak menyeleweng dari kejujuran. Karena itu kejujuran perlu dibentengi dan dipagari. Sikap kejujuran, tanggung jawab dan kehati-hatian tidak boleh bergantung pengawasan eksternal atau dari luar, tetapi harus tumbuh dari dalam. 

Dan puasa adalah cara yang paling efektif menumbuhkan karakter itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar